Musim kemarau panjang yang melanda Indonesia tak hanya berbicara tentang teriknya sinar matahari dan panas yang menyegat. Musim kemarau kali ini juga menjadikan cuaca dan suasana yang tidak bersahabat. Hal lain yang juga penting, musim kemarau panjang juga berdampak bagi kesehatan.

Dalam surat elektroniknya, Tjandra Yoga Aditama pada Jumat, 3 Oktober 2014 menjelaskan Indonesia yang kini dilanda musim kemarau panjang berdampak pada masalah kesehatan. "Ada delapan potensi dampak kesehatan dari musim kemarau panjang yang disikapi masyarakat dengan siaga dan waspada," kata Tjandra yang kini Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tjandra menjelaskan delapan dampak sebagai berikut :
  • Penyakit akibat iklim ekstrim. Pengungsian akibat iklim ekstrim menimbulkan banyak penyakit.
  • Peningkatan penyakit ISPA karena pencemaran udara meningkat. Ozon meningkat ketika rata-rata temperatur meningkat.
  • Kekurangan gizi atau malnutrisi akan terjadi ketika kegagalan panen.
  • Meningkatnya penyebaran agen penyakit dan wabah penyakit menular seperti leptospirosis, diare, dan kolera. Penyakit ini meningkat ketika terjadi kekurangan air untuk sanitasi atau kekeringan atau ketika terjadi banjir. Penyakit diare memiliki risiko tinggi di sebagian wilayah Indonesia.
  • Peningkatan temperatur 2 - 3 derajat selsius akan meningkatkan jumlah penderita penyakit tular vektor sebesar 3 - 5 persen.
  • Peningkatan temperatur akan memperluas distribusi vektor dan meningkatkan erkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi infektif.
  • Perubahan temperatur dan kelembaban dapat meningkatkan atau mengurangi kepadatan populasi vektor penyakit serta kontak manusia dengan vektor penyakit.
  • Ekosistem rawa dan mangrove yang berubah dapat menyebabkan pola penyebaran vektor penyakit berubah.